Senin, 16 Mei 2011

perkembangan islam

BAB II
PEMBAHASAN

A. Masuk Dan Berkembangnya Islam Di Indonesia

Masuknya islam diindonesia agak unik bila dibandingkan dengan masuknya islam kedaerah-daerah lainnya. Keunikannya terlihat kepada proses masuknya islam ke Indonesia yang relative berbeda dengan daerah lain. Islam masuk ke Indonesia secara damai dan dibawa oleh para pedagang dan mubaligh, sedangkan islam kedaerah lain pada umumnya banyak lewat penakluk seperti masuknya islam ke iran, mesir afrika utara sampai ke Andalusia .
Terdapat beberapa tiori tentang kedatangan islam ke Indonesia, terutama berkenan dengan waktu datangnya negeri asalnya dan pembewaannya, sarjana belanda kebanyakan berpendapat bahwa kedatangan islam kenusantara berasal dari india, diantara sarjana tersebut adalah pijnappel dan universiatas laiden, moquette, Snouck Hugronje. Hugronje abad ke 12 adalah periode paling mungkin dan permulaan penyebaran islam dinusantara.
Selain dari “tiori india” berkembang juga tiori “arab” yang berpendapat bahwa islam dinusantara berasal dari arab. Tiori ini juga didukung oleh sejumlah sarjana dinusantara Chawfurd.
Sekitar abad ke 7 dan 8 pada saat kerajaan sriwijaya mengembangkan kekuasaan, selat malaka sudah mulai dilalui oleh pedagang-pedagang muslim dalam pelayarannya kenegeri-negeri di Asia Tenggara dan Asia Timur.
Kedatangan islam ke belahan Indonesia bagian timur kemaluku juga tidak dapat dipisahkan dan kegiatan perdagangan diperkirakan islam masuk kedaerah ini pada abad ke 14. Kalimantan Khususnya daerah banjar masin proses islamisasi didaerah ini terjadi kira-kira tahun 1550. Adapun, disulawasi terutama dibagian selatan telah didatangi oleh pedagang muslim pada abad ke-15. Menurut Tome pires pada abad ke-16 didaerah gowa telah terdapat pedagang muslim dan orang Portugis yang telah melakukan hubungan dagang dengan Gowa .
Terbentuknya masyarakat muslim disuatu tempat adalah melalui proses yang panjang, yang dimulai dari terbentuknya pribadi-pribadi muslim sebagai hasil dari upaya para Da’I masyarakat muslim tersebut selanjutnya menumbuhkan kerajaan islam tercatatlah sejumlah kerajaan-kerajaan islam dinusantara, seperti kerajaan peureulak, Pasai Aceh Darussalam, Banten, Demak, Mataram.
Dengan terbentuknya komunitas muslim pada beberapa daerah diindonesia ini, mendorong untuk mmembentuk kerajaan islam. Berdirilah kerajaan islam pasai, Peureulak, diaceh Sumatra, Demak, Padang, Mataram, dijawa gowa tallo, bone disulawesi, ternate, tidore, dimaluku, dengan berdirinya kerajaan islam dinusantara ini, makd Fase perkembangan islam berikutnya adalah Fase perkembangan islam dan politik. Makssudnya perkembangan islam di Indonesia tidak bias dilepaskan dari perkembangan politik.
Tumbuhnya pusat-pusat kekuasaan islam dinusantara ini jelas sangat berpengaruh sekali bagi proses Islamisasi di Indonesia. Kekuatan politik digabung dengan semangat para Mubaligh untuk mengajarkan islam merupakan dua sayap kembar yang mempercepat tersebarnya islam keberbagai wilayah Indonesia.

B. Proses Islamisasi dan Implikasi Pendidikan Islam di Indonesia

Islamisasi nusantara berimplikasi terhadap munculnya Lembaga-Lembaga Pendidikan islam Tradisional dan lahirnya pusat-pusat kajian islam. Proses Islamisasi dan implikasi pendidikan Islam di Indonesia Perkembangan Islam di Nusantara terjadi sejak abad ke 7 Masehi dan terus meluas hingga abad ke 13 masehi. Perkembangan Islam di Nusantara dapat berkembang karena sangat didukung oleh penguasa yang ada di Nusantara. Hal ini sejalan dengan perluasan Islam yang ditandai oleh berdirinya kerajaan Islam teretua di Nusaantara seperti Perlak dan Samudera Pasai di Aceh pada tahun 1292 dan tahun 1297
Berdirinya kerajaan-kerajaan Islam di Nusantara mendorong pula munculnya institusi pendidikan Islam dan pusat-pusat kajian keilmuan Islam. Seperti pada kerajaan Samudera Pasai yang membentuk institusi pendidikan dengan khalqahnya secara Islami dengan empat hal yaitu :
1. Materi pendidikan di bidng syari’at ialah fiqih mazhab Syafi’i.
2. Sistem pendidikannya secara informal berupa majelis taklim.
3. Tokoh pemerintahan merangkap sebagai tokoh agama.

Begitu juga pada kerajaan Perlak, dalam mendorong munculnya tradisi keilmuan yaitu :
1. Mendirikan Majelis Taklim Tinggi, yang dihadiri Khusus oleh Para Murid yang Alim.
2. Kitab-kitab yang dipelajari punya Bobot dan Pengetahuan tinggi seperti al-Um.
Di Aceh Darussalam muncul pula lembaga pendidikan, seperti :
a. Meunasah, sekolah dasar materi pokoknya menulis dan membaca huruf arab, akhlak dan sejarah Islam.
b. Rangkang, setingkat madrasah Tsanawiyah.
c. Dayah, setingkat madrasah Aliyah.

C. Sejarah Ide Islamisasi Ilmu Pengetahuan

Menurut Wan Mohd Nor Wan Daud, proses Islamisasi ilmu pengetahuan pada dasarnya telah berlangsung sejak permulaan Islam hingga zaman kita sekarang ini. Ayat-ayat terawal yang diwahyukan kepada nabi secara jelas menegaskan semangat Islamisasi ilmu pengetahuan kontemporer, yaitu ketika Allah menekankan bahwa Dia adalah sumber dan asal ilmu manusia. Ide yang disampaikan al-Qur'an tersebut membawa suatu perubahan radikal dari pemahaman umum bangsa Arab pra-Islam, yang menganggap suku dan tradisi kesukuan serta pengalaman empiris, sebagai sumber ilmu pengetahuan dan kebijaksanaan.
Pada sekitar abad ke-8 masehi, pada masa pemerintahan Daulah Bani Abbasiyah, proses Islamisasi ilmu ini berlanjut secara besar-besaran, yaitu dengan dilakukannya penterjemahan terhadap karya-karya dari Persia dan Yunani yang kemudian diberikan pemaknaan ulang disesuaikan dengan konsep Agama Islam. Salah satu karya besar tentang usaha Islamisasi ilmu adalah hadirnya karya Imam al-Ghazali, Tahafut al-Falasifah, yang menonjolkan 20 ide yang asing dalam pandangan Islam yang diambil oleh pemikir Islam dari falsafah Yunani, beberapa di antara ide tersebut bertentangan dengan ajaran Islam yang kemudian dibahas oleh al-Ghazali disesuaikan dengan konsep aqidah Islam. Hal yang sedemikian tersebut, walaupun tidak menggunakan pelabelan Islamisasi, tapi aktivitas yang sudah mereka lakukan semisal dengan makna Islamisasi.
Selain itu, pada tahun 30-an, Muhammad Iqbal menegaskan akan perlunya melakukan proses Islamisasi terhadap ilmu pengetahuan. Beliau menyadari bahwa ilmu yang dikembangkankan oleh Barat telah bersifat ateistik, sehingga bisa menggoyahkan aqidah umat, sehingga beliau menyarankan umat Islam agar "mengonversikan ilmu pengetahuan modern". Akan tetapi, Iqbal tidak melakukan tindak lanjut atas ide yang dilontarkannya tersebut. Tidak ada identifikasi secara jelas problem epistimologis mendasar dari ilmu pengetahuan modern Barat yang sekuler itu, dan juga tidak mengemukakan saran-saran atau program konseptual atau metodologis untuk megonversikan ilmu pengetahuan tersebut menjadi ilmu pengetahuan yang sejalan dengan Islam. Sehingga, sampai saat itu, belum ada penjelasan yang sistematik secara konseptual mengenai Islamisasi ilmu pengetahuan.
Ide Islamisasi ilmu pengetahuan ini dimunculkan kembali oleh Syed Hossein Nasr, pemikir muslim Amerika kelahiran Iran, tahun 60-an. Beliau menyadari akan adanya bahaya sekularisme dan modernisme yang mengancam dunia Islam, karena itulah beliau meletakkan asas untuk konsep sains Islam dalam aspek teori dan praktikal melalui karyanya Science and Civilization in Islam (1968) dan Islamic Science (1976). Nasr bahkan mengklaim bahwa ide-ide Islamisasi yang muncul kemudian merupakan kelanjutan dari ide yang pernah dilontarkannya.
Gagasan tersebut kemudian dikembangkan oleh Syed M. Naquib al-Attas sebagai proyek "Islamisasi" yang mulai diperkenalkannya pada Konferensi dunia mengenai Pendidikan Islam yang Pertama di Makkah pada tahun 1977. Al-Attas dianggap sebagai orang yang pertama kali mengupas dan menegaskan tentang perlunya Islamisasi pendidikan, Islamisasi sains, dan Islamisasi ilmu. Dalam pertemuan itu beliau menyampaikan makalah yang berjudul "Preliminary Thoughts on the Nature of Knowledge and the Definition and Aims of Education". Ide ini kemudian disempurnakan dalam bukunya, Islam and Secularism (1978) dan The concepts of Education in Islam A Framework for an Islamic Philosophy of Education (1980). Persidangan inilah yang kemudian dianggap sebagai pembangkit proses Islamisasi selanjutnya.






































BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Terdapat beberapa tiori tentang kedatangan islam ke Indonesia terutama berkenaan dengan waktu datangnya negeri asal pembawanya. Sarjana belanda kebanyakan berpendapat bahwa kedatangan islam kenusantara berasal dari india diantara sarjana tersebut adalah pignappel dari universitas laiden moquette, snouck hurgronce, menurunrutnya bahwa dari permulaan penyebaran islam diindonesia.
2. Islamisasi nusantara berimplikasi terhadap munculnya Lembaga-Lembaga Pendidikan islam Tradisional dan lahirnya pusat-pusat kajian islam. Proses Islamisasi dan implikasi pendidikan Islam di Indonesia Perkembangan Islam di Nusantara terjadi sejak abad ke 7 Masehi dan terus meluas hingga abad ke 13 masehi
3. proses Islamisasi ilmu pengetahuan pada dasarnya telah berlangsung sejak permulaan Islam hingga zaman kita sekarang ini. Ayat-ayat terawal yang diwahyukan kepada nabi secara jelas menegaskan semangat Islamisasi ilmu pengetahuan kontemporer, yaitu ketika Allah menekankan bahwa Dia adalah sumber dan asal ilmu manusia, Ide Islamisasi ilmu pengetahuan ini dimunculkan kembali oleh Syed Hossein Nasr, pemikir muslim Amerika kelahiran Iran, tahun 60-an. Beliau menyadari akan adanya bahaya sekularisme dan modernisme yang mengancam dunia Islam, karena itulah beliau meletakkan asas untuk konsep sains Islam dalam aspek teori dan praktikal melalui karyanya Science and Civilization in Islam (1968) dan Islamic Science (1976). Nasr bahkan mengklaim bahwa ide-ide Islamisasi yang muncul kemudian merupakan kelanjutan dari ide yang pernah dilontarkannya.









DAFTAR PUSTAKA

1. Dadan Wildan Anas, Diadopsi Dari Perjuangan Persis. 1923-1983
2. Haidar Putra Daulat, Sejarah Pertumbuhan Dan Pembaharu Pendidikan Islam Di Indonesia, Kencana, Jakarta 2007.
3. Syeh Hossein Nasr “Konsepsi Islam” tahun 1958-1996
4. Wan Mohd Nor Daud
5. Yunus, Mahmud, 1985. Sejarah Pendidikan Islam Di Indonesia. Jakarta : Hida karya Agung.



Tugas-Tugas Anggota Kelompok

1. Fauzi dan Nila Wati Mengumpulkan Referensi Bahan Makalah/Tugas Makalah
2. Maulida menyimpulkan Persepsi dari Beberapa Referensi
3. Rudi Safrijal Mengetik Tugas Makalah/Tugas Kelompok

Tidak ada komentar:

Posting Komentar